MENU

Wednesday, April 29, 2009

APLIKASI MINYAK NYAMPLUNG DALAM PROSES PENYAMKAN KULIT

LAPORAN INDIVIDU

Praktek Pembuatan Fatliquor

"Minyak Nyamplung"


 


 

Dosen: Ir Iswahyuni, MScE

Disusun oleh:

Rusdita Eka Perdana

(07.TBKKP.TPL.14)


 

Departemen Perindustrian R.I

AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA

2008/2009

Lembar pengesahan


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Yogyakarta, 26 Januari 2009

Mengetahui

Dosen                             Praktikan


 


 

Ir Iswahyuni, MScE                      Rusdita Eka Perdana


 


 


 

KATA PENGANTAR


 


 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena hanya karena kehendak-Nya lah Laporan Individu Praktikum Pembuatan Fatliquor ini dapat terselesaikan tanpa halangan suatu apapun

Penyusunan laporan ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi tugas praktek pembuatan fatliquor yang penulis jalani. Di dalam laporan ini, berisi mengenai laporan hasil praktikum penulis selama satu semester, yang merupakan hasil pengeditan dari laporan-laporan praktek pembuatan fatliquor sebelumnya.

Akhirnya, besar harapan penulis bahwa Laporan Lengkap Praktikum ini dapat bermanfaat bagi segenap akademisi maupun pihak yang berkepentingan lainnya. Penulis memahami bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, besar harapan penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca laporan ini.


 


 


 

Yogyakarta, 26 Januari 2009


 


 


Penulis


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB I

Pendahuluan


 

  1. Tujuan

Adapun praktikum ini bertujuan untuk:

  1. Menganalisa sifat kimia, maupun fisis minyak nyamplung
  2. Mengenal prosedur pembuatan minyak sulfat dari minyak nyamplung
  3. Menguji minyak sulfat yang dibuat
  4. Mengaplikasikan minyak sulfat yang dibuat pada kulit
  5. Menguji hasil kulit yang disamak


     

  6. Tinjauan Pustaka

A. Tanaman Nyamplung

Nyamplung alias kosambi biasa tumbuh di tepi sungai atau pantai yang berudara panas dengan ketinggian hingga 200 m dpl (dari permukaan laut). Ciri-ciri pohon nyamplung antara lain batangnya berkayu, bulat, warna coklat, daunnya tunggal, bersilang berhadapan, bulat memanjang atau bulat telur. ujung daun tumpul, pbilanganl membulat, tepinya rata. Daun bertulang menyirip itu panjangnya 10-21 cm, lebar 6-11 cm. Bunga nyamplung biasanya majemuk dan berbentuk tandan. Sementara buahnya bulat seperti peluru, diameter 2,5-3,5 cm, berwarna hijau, dan berubah cokelat jika kering. Biji buah bulat, tebal, keras, berwarna coklat. Pada inti terdapat minyak berwarna kuning.


 

Tinggi pohon nyamplung lebih kurang 20 meter dan berakar tunggang. Setiap pohon nyamplung menghasilkan sekitar 250 kg biji. Jumlah biji yang sudah kering (termasuk kulit) per kilogram mencapai kurang lebih 240 buah. Biji nyamplung ini menghasilkan minyak (biofuel) yang kadar oktannya cukup tinggi. Biji nyamplung selain memiliki kekentalan melebihi minyak tanah juga terdapat kandungan minyak yang mencapai sebesar 50-70%.

Sumber: (http://www.kompas.com)

B. Analisa Sifat Kimia Minyak

Penyusun utama minyak nabati atau lemak adalah asam lemak. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida.

    Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom
karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya.

Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut.Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak.

Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan "Z", singkatan dari bahasa Jerman
zusammen). Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan "E", singkatan dari bahasa Jerman entgegen) hanya diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans karena atom H-nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap relatif lurus.
Sumber: (http:id.wikipedia.com/asam lemak)

Ada beberapa hal yang biasa dianalisa pada minyak dan lemak, Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu;

  • Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang terdapat dalam bahan makanan atau bahan pertanian.
  • Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada pemurnian lanjutan, misalnya penjernihan (refining), penghilangan bau(deodorizing), penghilangan warna(bleaching). Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya tahannya selama penyimpanan,sifat gorengnuya,baunya maupun rasanya.tolak ukur kualitas ini adalah bilangan asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA), bilangan peroksida, tingkat ketengikan dan kadar air.
  • Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan sifat minyak tertentu. data ini dapat diperoleh dari bilangan iodinenya,bilangan Reichert-Meissel,bilangan polenske, bilangan krischner,bilangan penyabunan, indeks refraksi titik cair, bilangan kekentalan,titik percik,komposisi asam-asam lemak, dan sebagainya.

1. Analisa bilangan asam    

Salah satu hal yang dianalisa pada minyak adalah bilangan asam. Bilangan asam dari suatu minyak didefinisikan sebagai jumlah dari mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas dalam 1 g minyak. Penentuannya dilakukan dengan cara titrasi metode acidimetri, yaitu menggunakan titran basa, yang dalam hal ini bisa menggunakan KOH/NaOH-alkohol dengan ditambahkan indikator PP atau BTB apabila larutan sampel berwarna keruh.

Adapun rumus untuk menentukan bilangan asam adalah sebagai berikut:


 

Sumber : http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2001-2352-1998.pdf

2. Analisa Bilangan Penyabunan    

Bilangan penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar .minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai bilangan penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar ,maka bilangan penyabunan relatif kecil . bilangan penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak.

Adapun rumus untuk menentukan bilangan penyabunan adalah sebagai berikut:


 


 

Sumber : http://library.usu.ac.id/modules.php

3. Analisa Bilangan Iod

Penentuan bilangan iod pada minyak menggunakan konsep titrasi iodometri. Iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Yodium yang bebas dititrasi dengan natrium tiosulfat.

Satu tetes larutan yodium 0,1 N dalam 100 ml air memberikan warna kuning pucat. Untuk menaikkan kepekaan titik akhir dapat digunakan indikator kanji. Yodiumdilihat dengan kadar yodium 2 x 10-4 M dan yodida 4 x 10-4 M.Penyusun utama kanji adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa dengan yodium membentuk warna biru, sedangkan amilopektin membentuk warna merah.

Sebagai indikator dapat pula digunakan karbon tetraklorida. Adanya yodium dalam lapisan organik menimbulkan warna ungu.

Prinsip titrasi iodometri adalah dengan menambahkan KI berkebih dalam larutan contoh yang mengandung analit/zat oksidator. Iod yang terbentuk dititrasi dengan larutan standar thiosulfat dan dihasilkan ion iodida dan ion tertrationat. Pada sebagian besar titrasi iodometri, bila dalam larutan terdapat kelebihan ion iodide, maka akan terjadi ion Triiodida(I3-). Hal ini disebabkan karena Iodium sangat cepat larut dalam iodida.

    Khusus dalam titrasi iodometri yang dimaksud dengan berat ekivalen suatu zat adalah bannyaknya zat tersebut yang dapat bereaksi atau dapat membebaskan 1 grat I. dalam sebagian besar proses titrasi iodometri yang digunakan sebagai larutan standar adalah larutan I2 dan KI, sehingga yang digunakan sebagai oksidator relatif adalah ion I3-. Proses titrasi iodometrijuga disebut proses titrasi tidak langsung.

Oksidator + KI → I2 + 2e
I2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6

    Dalam larutan yang berasifat asam, larutan I2 standar dapat digunakan untuk menetukan beberapa jenis zat reduktor kuat seperti : SnCl2, H2SO3, H2S, dan Na2S2O3. untuk zat-zat reduktor yang lebih lemah seperti : As3+, Sb3+, dan Fe(CN)4+, hanya dapat ditetapkan (teroksidasi sempurna) bila suasana larutan bersifat netral atau hanya sedikit asam.

Cara Menentukan Titik Ekivalen dalam Proses Titrasi Iodo dan Iodimetri

    Larutan I2 dalam larutan KI encer bewarna coklat muda. Bila 1 tetes larutan I2 0,1 N dimasukkan kedalam 100 ml aquades akan memberikan warna kuninng muda, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu larutan yang tidak berwarna I2 dapat berfungsi sebagai indikator. Namun demikian, warna terjadi dalam larutan terszebut akan lebih sensitive dengan menggunakan larutan kanji sebagai katalisatornya, karena kanji dengan I2 dalam larutan KI bereaksi menjadi suatu kompleks Iodium yang berwarna biru.

    Kekurangan kanji sebagai indikator adalah :

  1. kanji tidak larut dalam air dingin
  2. suspensinya dalam air tidak stabil
  3. bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan membentuk kompleks Iod-amilum.jika dalam titrasi menggunakan indikator kanji maka penambahan kanji dilakukan pada saat mendekati ttitik ekivalen.

Karena hal-hal diatas maka, dalam proses titrasi iodo dan iodimetri sebaiknya menggunakan indikator larutan Natrium Amylumglikolat. Indikator ini dengan I2 tidsk akan membentuk kompleks Iod-amilum sehingga dapt ditambahkan pada awal titrasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam titrasi iodometri dan iodimetri :

  1. oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari udara akan menngoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan makin besar dengan meningkatnya asam)
  2. reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH <8)
  3. larutan kanji yang sudah rusa akan memberikan warna violet yang sulit hilang warnanya, sehingga akan mengganggu penitraan.
  4. pemberian kanji terlalu awal akan menyebabakan iod menguraikan amilum dan hasil peruraian menggangu perubahan warna pada titik akhir.
  5. penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam KI.
  6. larutan Thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan thiosulfat menjadi belerang, pada suasana basa (pH>9) thio sulfat menjadi ion sulfat

    (Hermiyati, Indri. 2008)

    
 

    

C. Pembuatan Minyak Sulfat

Untuk membuat minyak sulfat kita membutuhkan minyak sebagai bahan dasar. Minyak sendiri bervariasi dalam sifat- sifatnya seperti dalam titik beku dan larutannya, tegangan antara permukaan atau bidang pemisah terhadap air ciri- ciri polar, viscositas, dan sebagainya. Penyebab semua perbedaan itu adalah susunan kimiawinya dari berbagai minyak.

Karena glycerine adalah umum pada susunan semua minyak, maka perbedaan diantara mereka ada dalam sifat kimiawi asam lemak yang berkombinasi dengan glicerine. Sifat asam lemak yang ada dalam minyak menentukan ciri – ciri fisiknya yang penting dari sudut pandang fatliquoring dan menetukan cara dimana minyak bereaksi dengan asam sulfat.

Minyak sulfat dapat dibuat dengan mereaksikan asam sulfat pekat dengan beberapa jenis minyak termasuk minyak nyamplung. Minyak sulfat ini merupakan bahan yang terpenting dalam perkembangan fatliquor. Minyak sulfasian dibuat dengan menggunakan minyak yang dikendalikan, waktu, dan besarnya agitasi, yang diikuti dengan mencuci campuran minyak dan asam dengan larutan garam untuk mengambil asam yang berlebihan. Minyak sulfasian umumnya dinetralkan dengan sodium, potassium, atau amonium hidroksida sampai pH yang diinginkan tercapai.langkah ini membuat kadar lembab, total alkalis dan sebagainya dapat disesuaikan pada level-level yang diinginkan.

Reaksi pendahuluan ketika asam sulfurik bereaksi dengan minyak atau gemuk cair terjadi pada kelompok hidroksil lau disusul dengan reaksi pada ikatan ganda. Minyak sulfasian terutama terdiri dari bahan lemak netral yang terdiri atas gliserida yang tidak tereaksi, digliserid yang dibentuk oleh reaksinya asam lemak yang memiliki sifat aktif permukaan dan glicerida sulfasian serta asam lemak sulfasian yang memiliki sifat aktif permukaan kuat. (Retzsetriec, Clinton E. 1995)

Banyak fakor yang berpengaruh pada proses pembuatan minyak sulfat antara lain jenis minyak yang dipakai. Disini karakteristik dari minyak yang dijadikan bahan dasar pembuatan minyak sulfat akan sangat mempengaruhi kualitas minyak tersebut. Begitu juga dengan perbandingan antara asam dengan minyak, semakin banyak asam yang diberikan akan membuat proses pencucian dan netralisasi menjadi semakin lama.

Pemilihan jenis asam yang digunakan juga akan membuat perbedaan pada proses sulfatasi dimana seharusnya kita menggunakan jenis asam sulfat yang merupakan jenis asam kuat. Suhu dan waktu pereaksian juga merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam proses pembuatan minyak sulfat. Misalnya saja pada proses suhu diatur tidak boleh melebihi25 o C dengan waktu reaksi yang ditetapkan sesuai dengan jumlah minyak yang kita reaksikan. Semua faktor yang mempengaruhi proses pembuatan minyak sulfasian tidak terlepas dari proses akhir yang dilakukan yaitu pada proses netralisasi dan pencucian.

D. Pengujian Minyak Sulfat

Dalam analisa kualitas minyak sulfat, adapun hal-hal yang perlu dianalisa untuk menetukan paramameter dari minnyak sulfat tersebut antaralain:

  1. Analisa kadar air

Pengujian kadar air perlu dilakukan karena untuk mengukur seberapa besar kandungan air yang masih terdapat dalam minyak nyamplung. Semakin besar kandungan air yang terdapat dalam minyak nyamplung, maka semakin encer minyak tersebut.

  1. Analisa kadar SO3

SO3 bersifat sangat reaktif. SO3 mudah bereaksi dengan air dan membentuk asam sulfas atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi, dan bersifat merusak. Oleh karena itu sebisa mungkin kadar SO3 yang terdapat pada minysk sulfat dihilangkan.

  1. Uji emulsi minyak dalam air hangat

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam minyak sulfat adalah mengenai suhu maksimal teremulsinya minyak dalam air. Hal ini digunakan sebagai parameter untuk menentukan suhu yang paling efektif dalam proses fatliquoring. Semakin tinggi temperature pecahnya minyak, maka semakin bagus pula minyak sulfat tersebut.

E. Aplikasi penyamakan kulit

Proses penyamakan krom pada dasarnya mengikuti teori atau hukum golden Rule yaitu pada awal penyamakan berlangsung dengan " rate of diffution " (kecepatan ikatan) yang rendah dan tahap selanjutnya rate of fixation naik secara berangsur-angsur, sehingga pada akhir penyamakan dicapai rate of fixation tinggi dan rate of diffision rendah.

Penyamakan dengan garam krom pada prinsipnya mengusahakan agar supaya Cr2O3 dapat masuk, dan menempatkan diri dalam kulit pada tahap awal yang pada akhirnya mengadakan ikatan dengan protein kollagen kulit. Kecepatan masuknya zat penyamak dapat berlangsung dengan baik apabila reaktifitas zat penyamak krom dengan protein kollagen pada kulit sangat rendah. Hal ini dapat berlangsung dengan baik apabila zat penyamak krom mempunyai basisitas yang cukup rendah tetapi jangan terlalu rendah, karena akan menyebabkan sulitnya zat zat penyamak untuk tetap berada diantara serat-serat kulit atau reaktifitasnya sangat rendah.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam tiap tahapan pengolahan minyak nyamplung menjadi minyak sulfat adalah, sebagai berikut:

A. ANALISA MINYAK MINYAK NYAMPLUNG

1. Analisa bilangan asam

    a. Alat

  •  
  • Erlenmeyer 250 ml 2 buah
  • Kompor pemanas
  • Neraca analitis
  • Pendingin balik
  • Buret
  • Labu ukur
  • Pipet volum 50 ml
  • Gelas ukur

 


 

b. Bahan

  • 20 gr Minyak Nyamplung
  • KOH 0,1 N
  • Indikator BTB
  • Indikator PP
  • 50 ml Alkohol Netral 90 %

    2. Analisa bilangan penyabunan

a. Alat

  •  
  • Erlenmeyer 250 ml 3 buah
  • Kompor pemanas
  • Neraca analitis
  • Pendingin balik
  • Buret
  • Labu ukur
  • Pipet volum 50 ml
  • Gelas ukur

 


 

b. Bahan

  • 1,5 gr Minyak Nyamplung
  • 50 ml KOH alkoholis
  • Indikator PP
  • NaOH 0,5 N


 

    3. Analisa bilangan iod

    a. Alat

  •  
  • Erlenmeyer bertutup
  • Kompor pemanas
  • Neraca analitis
  • Pendingin balik
  • Buret
  • Labu ukur
  • Pipet volum 50 ml
  • Gelas ukur
  • Kaca arloji
  • Gelas beker
  • Corong
  • Pipet tetes

     

    b. Bahan

  •  
  • Minyak nyamplung
  • Klorofom
  • KI 1 N
  • Aquades
  • Na2S2O3 0,1 N
  • Indikator Amilum
  • HCl 4 N
  • KBr
  • KBrO3 0,2 N

 


 

B. PEMBUATAN MINYAK SULFAT DARI MINYAK NYAMPLUNG

    a. Alat

  •  
  • Selang plastik
  • Gelas beker 250ml
  • Gelas beker 100 ml
  • Gelas ukur 50 ml
  • Pipet volume
    • Statif lengkap dengan tempat corong
  • Oven
  • Kompor listrik
  • Neraca analitik
  • Mixer
  • Gelas beker 1 liter
  • Pengaduk
  • Termometer
  • Panci pendingin
  • Corong pemisah

 


 

    b. Bahan

  •  
  • Minyak nyamplung
  • Es batu
  • Air
  • Aquades
  • Larutan garam jenuh
  • larutan NaOH 0,1N
  • Asam sulfat pekat

 


 


 


 


 

C. ANALISA HASIL MINYAK SULFAT DARI MINYAK NYAMPLUNG

    1. Analisa kadar air

    a. Alat

  • Gelas arloji
  • Oven
  • Neraca analitik
  • Sudip

    b. Bahan

  • Minyak Sulfat


 

    2. Analisa kadar SO3

    a. Alat

  •  
  • Gelas beker 250ml
  • Gelas beker 100 ml
  • Gelas ukur 50 ml
  • Pipet volume
  • Statif lengkap dengan tempat corong
  • Oven
  • Kompor listrik
  • Neraca analitik
  • Pengaduk
  • Panci pendingin
  • Corong pemisah
  • Pendingin balik
  • Piupet tetes
  • Erlenmeyer 500 cc

 


 

    b. Bahan

  •  
  • Minyak sulfatasi (nyamplung) 5 gr
  • Asam Sulfat 0,5 N
  • Ether 35 ml
  • NaCl jenuh
  • NaOH 0,5 N
  • Indikator MO

 


 

  • Uji Emulsi Minyak Sulfat dalam Air Hangat

    a. Alat

  •  
  • Gelas beker 250 ml
  • Thermometer
  • Penangas/ kompor listrik
  • Sudip/ pengaduk

 


 

    b. Bahan

  • Minyak sulfat nyamplung
  • Air

D.     APLIKASI PENYAMAKAN KULIT

    a. Alat

 

  • Gelas ukur
  • Gelas beker
  • Gelas arloji
  • Ember
  • Pipet volum
  • Drum penyamak

 

    b. Bahan

 

  • Kulit domba pikel
  • Air ledeng
  • Tepol
  • Asam asetat
  • Bahan penyamak khrom
  • Natrium formiat
  • Natrium karbonat
  • Syntan
  • Mimosa
  • Minyak sulfat nyamplung
  • Antimould
  • FA (Formic Acid)


 


 


 

 

E.     UJI FISIS KULIT YANG DISAMAK

    a. Alat

  • Penggaris
  • Tensile strength tester

    b. Bahan

  • Sampel Kulit


 

  1. PROSEDUR KERJA

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam tiap tahapan pengolahan minyak nyamplung menjadi minyak sulfat adalah sebagai berikut:

A. ANALISA MINYAK MINYAK NYAMPLUNG

1. Analisa bilangan asam

  1. Timbang 20 gr minyak dan masukkan kedalam Erlenmeyer
  2. Tambahkan 50 ml Alkohol Netral 90%
  3. Rangkai erlenmeyer yang berisi sampel bersama pendingin balik
  4. Panaskan hingga mendidih, lalu gojog kuat
  5. Dinginkan

    6.     Sampel I dititrasi dengan KOH + Alkohol 90% + Indikator PP hingga berwarna merah muda dan tidak hilang dalam ½ menit, sedbilangann sample II dan III dititrasi dengan KOH + Alkohol 90% + Indikator BTB hingga berwarna biru dan tidak hilang dalam ½ menit.

7. Catat hasil


 

    2. Analisa bilangan penyabunan

  1. Timbang 1,5 gr minyak dan masukkan kedalam erlenmeyer
  2. Tambahkan 50 ml KOH Alkoholis
  3. Menutup erlenmeyer dengan pendingin balik
  4. Panaskan hingga mendidih dan menjaga panas hingga 30 menit
  5. Setelah dingin, larutan dititrasi dengan HCl 0,5 N + Indikator PP/BTB hingga warnannya berubah


 

3. Analisa bilangan iod

  • Timbang 2 gr minyak dan masukkan kedalam erlenmeyer bersumbat
  • Tambahkan 10 ml klorofom dan 25 ml reagen KBrO3 0,2 N
  • Tambahkan 1,5 gr KBr yang telah dilarutkan dengan 5 ml aquades
  • Tambahkan 7 ml HCl 4 N, lalu menutup dan mengocoknya beberapa kali
  • Tambahkan 7 ml KI, lalu tutup erlenmeyer dengan alumunium foil, lalu impan di tempat gelap selama 15 menit
  • Keluarkan erlenmeyer dari tempat gelap, dan bilas tutup dan leher erlenmeyer dengan aquades, kemudian titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N menggunakan indikator amilum dan amati perubahan warnanya.


 

B. PEMBUATAN MINYAK SULFAT DARI MINYAK NYAMPLUNG

  1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
  2. Mencuci bersih semua alat
  3. Memasukkan gelas beker dalam oven dan menimbang berat bersihnya
  4. Menimbang 150 gram minyak nyamplung
  5. Memasukkan gelas beker dalam panci yang telah diberi es batu
  6. Mengambil 30 gram atau 17 ml asam sulfat pekat
  7. Memasukkan asam sulfat dalam minyak sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan mixer dan dijaga temperaturnya jangan melebihi 25 oC
  8. Memasukkan minyak dalam corong pemisah
  9. Mendiamakan minyak selama satu malam
  10. Mencuci minyak dengan larutan garam jenuh sebanyak 120 ml
  11. Menggojog larutan hingga homogen
  12. Mendiamakan minyak selama satu malam
  13. Membuang air garam dalam corong pemisah
  14. Mencuci kembali minyak dengan air hangat sekitar 40 oC sebanyak 200 ml
  15. Menggojog larutan hingga homogen
  16. Mendiamakan minyak selama satu malam lalu membuang airnya dari corong pemisah
  17. Menetralkan minyak dengan larutan NaOH 0,1N
  18. Memasukkan larutan sediki demi sedikit dalam corong pemisah
  19. Menggojog larutan hingga homogen
  20. Mengecek pH minyak antara 6,5 hingga 7


 

C. ANALISA HASIL MINYAK SULFAT DARI MINYAK NYAMPLUNG

    1. Analisa kadar air

  1. Cusi gelas arloji, keringkan dalam oven
  2. Masukkan gelas arloji dalam deksikator dengan menimbang berat kosong sebelumnya
  3. Menimbang 5 gr minyak sulfat dengan gelas arloji
  4. Panaskan dalalam oven pada t= 110 derajat C selama 3 jam
  5. Ambil gelas arloji yang berisi minyak, dinginkan lalu timbang dan catat hasilnya


 

    2. Analisa kadar SO3

  1. Mencairkan minyak nyamplung
  2. Memindahkan kegelas beker
  3. Mencuci corong pisah
  4. Menimbang 5 gr minyak sulfat dan memasukkan kedalam corong pisah
  5. Menambahkan 50 ml garam jenuh dan 35 ml ether
  6. Mengojog kuat-kuat larutan selama 5 menit hingga terbentuk 2 fase
  7. Menambahkan asam sulfat 0,5 n hingga terbentuk 3 lapisan
  8. Memisahkan lapisan bawah kedalam corong pemisah lain
  9. Mengkestrak sebanyak 2x menggunakan 25 ml ether
  10. Menggabungkan larutan ether dari hasil ekstraksinya sebanyak 2 kali, lalu mencucinya dengan larutan nacl jenuh hingga ph mencapai 5
  11. Memasukkan lapisan ether kedalam erlenmeyer, lalu menguapkan diatas penangas air
  12. Menambahkan 25 ml asam sulfat 1 n lalu merefluksnya selama 90 menit
  13. Setelah dingin menambahkan 30 gr NaCl, 25 ml ether dan 3 tetes indikator MO
  14. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan baku NaOH 0,5 N


 


 

  • Uji Emulsi Minyak dalam Air Hangat
  1. Mengambil air sebanyak 150 ml dan memasukkan kedalam gelas beker
  2. Mengambil beberapa tetes minyak sulfatasi dan meneteskannya kedalam air tersebut
  3. Mengaduk air hingga minyak tercampur dalam air
  4. Memanaskan air tersebut dengan penangas air
  5. Mengecek suhu cairan dan mengamati perubahan yang terjadi
  6. Mencatat suhu dimana minyak telah terpecah atau cairan air mulai bening


 

D.     APLIKASI PENYAMAKAN KULIT

  1. Untuk mempersiapkan pengaplikasian minyak sulfatasi, maka menyiapkan potongan kulit wet blue dengan ukuran ½ sq feet kemudian menimbang kulit tersebut.
  2. Menyiapkan 300 % air ledeng dari berat kulit, 0,5 % degreasing (tepol), 0,1 % asam asetat. Melarutkan semua bahan menjadi satu dan dimasukkan ke dalam drum, dan melanjutkan dengan memasukkan kulit ke dalam drum, kemudian memutarnya selama 20 menit, dengan kecepatan 45-50 rpm.
  3. Setelah itu, mencuci kulit yang telah diproses dengan air selama 10 menit dengan memutarnya didalam drum.
  4. Menyiapkan 300% air ledeng, menimbang 3% khrom, menimbang 1 % Na formiat, menimbang 0,3% Na Karbonat. Melanjutkan proses penyamakan dengan melarutkan krom dengan air, kemudian memasukkan kedalam drum dan memutarnya bersama dengan kulit selam 30 menit
  5. Menambahkan Na Formiat sebanyak 1 % dan memutarnya dalam drum selama 20 menit. Kemudian menmabahkan Na Karbonat sebanyak 0,3% dan memutarnya selama 60 menit.
  6. Setelah penambahan bahan-bahan tersebut maka dilanjutkan dengan pengecekan ph kulit. Setelah ph mencapai 4,6-4,8, mencuci kulit dengan air selam 10 menit.
  7. Melanjutkan dengan proses retannning, dan menyiapkan 300 % air hangat dengan suhu 50 derajat C. Menimbang 4% syntan, 2% mimosa, 8% minyak sulfat, 0,05% anti mould, 0,75% FA.
  8. Melarutkan syntan dan mimosa dengan air hangat kemudian memasukkan kedalam drum dan memutarnya selama 45 menit.
  9. Melarutkan fatliquor atau minyak sulfat dengan air hangat secukupnya dan memutarnya dalam drum selama 60 menit. Kemudian menambahkan antimould dan memutarnya kembali kedalam drum selama 10 menit
  10. Menambahkan ½ bagian FA dan memutarnya selama 10 menit kemudian menambahkan ½ bagian FA lagi, dan memutar kembali selama 10 menit
  11. Setelah proses retanning selesai, maka larutan /air dibuang atau dihilbilangann dan mencuci dengan air selama 10 menit dan mengeluarkan kulit dari drm
  12. Mengangin-anginkan sampai kulit kering

E.     UJI FISIS KULIT YANG DISAMAK

  1. Menggambar bagian kulit yang akan diuji dengan mal
  2. Menggunting bagian kulit yang akan diuji
  3. Menghitung ketebalan kulit yang diuji
  4. Menguji kuat tarik dengan tensile sterength tester


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB II

Praktikum


 

2.1 Data Bahan Baku

Bilangan Asam

Bilangan Penyabunan

Bilangan Iod

26,802

-390,31

26,38

    

2.2 Data Proses Pembuatan Minyak Sulfat

    a. Proses Sulfatasi

Suhu 

Pengadukan 

Waktu 

Volume H2SO4 yang Digunakan

Warna Minyak Sulfat

10-21 oC

Mixer Speed 1

55

17 ml

Berwarna hijau tua pekat 


 

    b. Proses pencucian minyak sulfat dengan garam jenuh

Volume lar. Garam yang Ditambahkan

Volume Larutan Garam Yang Dibuang

Warna Minyak Sulfat

75

40

Berwarna hijau muda pekat


 

c. Proses Netralisasi

Volume Larutan NaOH yang Ditambahkan

pH

Warna Minyak Sulfat

NaOH 0,1 N = 50 ml

NaOH 1N = 3ml

NaOH 2N = 50 ml

7

Kuning Muda Pekat


 

2.3 Data Hasil Analisa Minyak Sulfat

Kadar Air

Kadar SO3

Temperatur Maksimal Minyak Dapat Teremulsi dalam Air

95,17 %

41,45 %

60 oC


 

2.4 Data Hasil pengujian kulit yang disamak

Panjang Awal

Panjang Akhir

Kecepatan Penarikan

Kekuatan Tarik

Kemuluran

4,5 cm

7,5 cm

50 mm/min

145 N

22,45 mm


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

Pembahasan

    Minyak nyamplung merupakan jenis minyak nabati yang dihasilkan dari tanaman nyamplung. Minyak ini biasanya dimanfaatkan sebagai biodiesel. Minyak nyamplung memliki rantai karbon dua kali lebih panjang dari minyak jarak, oleh karena itu dalam pengolahannya sebagai biodisel agak rumit dan memakan waktu yang lama. Dalam praktikum ini kami mencoba memanfaatkan nyamplung sebagai bahan baku dalam proses penyamakan, khususnya proses fatliquoring atau peminyakan kulit, untuk mendapatkan kulit tersamak yang lemas, dan lentur.

    Analisa Bahan

Tahapan awal dalam pembuatan minyak sulfat, adalah tahapan analisa bahan. Adapun tujuan analisa bahan minyak nyamplung, untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari minyak nyamplung, agar dapat mengetahui gambaran awal, apakah minyak ini bisa dibuat disulfatasi sebagai minyak sulfat atau tidak. Analisa pertama yang kami lakukan adalah menganalisa bilangan asam minyak sulfat     Bilangan asam dari suatu minyak didefinisikan sebagai jumlah dari mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas dalam 1 g minyak.

Penentuannya dilakukan dengan cara titrasi metode acidimetri, yaitu menggunakan titran basa, yang dalam hal ini bisa menggunakan KOH/NaOH-alkohol dengan ditambahkan indikator PP atau BTB apabila larutan sampel berwarna keruh. Sebelum dapat ditentukan bilangan asamnya, terlebih dahulu minyak nyamplung dihidrolisis dengan menggunakan pelarut alkohol. Adapun reaksi yang terjadi dalam proses tersebut digambarkan sebagi berikut:

.

                Sumber: (http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-yusuf2.pdf)


 

Setelah dhidrolisis, barulah larutan minyak tersebut dititrasi dengan KOH. Dari hasil analisa yang kami lakukan, kami mendapatkan rata-rata bilangan asam dari ketiga sampel minyak nyamplung yang dianalisis adalah sebesar 26,802. Bilangan asam pada minyak mempengaruhi banyaknya atom C dalah rantainya, maka semakin banyak atom C yang ada pada rantai, membuat minyak nyamplung lebih cepat membeku dibandingkan minyak-minyak nabati yang lainnya.

Tahapan analisa selanjutnya adalah analisa bilangan penyabunan pada minyak nyamplung. Bilangan penyabunan menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar . Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul yang relatif kecil, akan mempunyai bilangan penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar ,maka bilangan penyabunan relatif kecil. Bilangan penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Dari hasil 3 sampel yang sama yang dianalisis, didapat penggunaan HCl sebagai titran berturut-turut sebagai berikut, yaitu: 61 ml, 56 ml, dan 59 ml. Berdasarkan hasil titrasi tersebut, melalui perhitungan didapat bilangan penyabunan rata-rata pada minyak nyamplung adalah sebesar – 398,3.

Analisa selanjutnya adalah analisa bilangan iod. Bilangan iod didefinisikan sebagai jumlah Iodium (mg) yang diserap oleh 100 g sampel. Bilangan iod ini menunjukan banyaknya asam-asam lemak tak jenuh baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk ester-nya disebabkan sifat asam lemak tak jenuh yang sangat mudah menyerap iodium. Konsep titrasi ini adalah titrasi iodometri. Iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Yodium yang bebas dititrasi dengan natrium tiosulfat. Adapun dari hasil analisa yang kami lakukan terhadap ketiga sample minyak nyamplung, didapat bilangan iod dari minyak tersebut adalah sebesar 26,38. Hal ini mengindikasikan bahwa didalam minyak nyamplung mengandung banyak asam-asam lemak tak jenuh baik dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk ester-nya.


 

Pembuatan Minyak Sulfat

Setelah proses penganalisaan bahan, maka masuk keproses pembuatan minyak sulfat, yang dalam hal ini menggunakan cara sulfatasi, dengan asam sulfat pekat sebagai emulgatornya, untuk mengkatalis minyak nyamplung. Penambahan minyak sulfat dilakukan perlahan-lahan, dan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk secara konstan dengan menggunakan mixer. Kondisi operasional dalam pembuatan minyak sulfat harus dalam kisaran temperatur 25 oC, tujuannya agar minyak sulfat tidak hangus, karena reaksi asam sulfat bersifat eksotermis. Untuk menjaga suhu minyak sulfat selama penambahan asam sulfat, maka disekeliling permukaan gelas beker di beri air es. Volume asam sulfat yang ditambahkan pada minyak nyamplung adalah sebanyak 17 ml. Setelah itu minyak yang sudah disulfatasi didiamakan semalam, untuk menyempurnakan reaksi.

Setelah itu minyak sulfat yang sudah didiamakan semalaman di cuci dengan menggunakan larutan air garam jenuh. Tujuannya untuk menetralkan sisa-sisa asam yang ada pada minyak.

Agar penetralan asam yang terkandung pada minyak menjadi sempurna, maka larutan minyak sulfat tersebut dicuci lagi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 ml. Penambahan larutan NaOH dilakukan hingga pH minyak sulfat menjadi netral, yaitu 7, tujuannya agar minyak sulfat tersebut tidak mempengaruhi pH kulit yang di fatliquoring menggunakan minyak tersebut. Setelah melalui proses penetralan dan pH mencapai 7, maka minyak tersebut memiliki warna kuning muda kental.

Pengujian Minyak Sulfat

    Sebelum minyak sulfat dapat diaplikasikan ke kulit, terlebih dahulu harus di uji sifat kimianya. Adapun pengujian pertama adalah pengujian kadar air dalam minyak sulfat, untuk menentukan seberapa pekatnya minyak tersebut, sehingga nantinya apabila diaplikasikan ke kulit, minyak tidak terlalu kental, atau encer, sehingga persentase minyak dalam aplikasi kekulit bisa lebih sesuai. Adapun dari hasil pengujian yang kami lakukan terhadap sampel, minyak sulfat yang kami buat mengandung air sebesar 95,17 %.

    Pengujian selanjutnya adalah pengujian kadar SO3. Adapun tujuan pengujian kadar SO3 dalam minyak sulfat ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak kandungan SO3 dalam minyak sulfat tersebut. Karena semakin banyak kandungan SO3 yang terikat pada minyak sulfat tersebut, maka dikhawatirka, apabila diaplikasikan kekulit nantinya, SO3 akan berikatan dengan uap air atau H2O sehingga bisa membentuk H2SO4 yang malah merusak kulit yang disamak. Dari hasil analisa yang kami lakukan, diketahui kandungan SO3 pada minyak sulfat adalah sebesar 41,45 %.

    Tahapan selanjutnya adalah uji emulsi minyak dalam air hangat, untuk mengetahui pada suhu atau temperatur berapa minyak sulfat tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk teremulsi dalam air (memisah). Semakin tinggi temperatur yang diperlukan untuk memisahkan emulsi minyak dalam air, maka semakin bagus minyak sulfat tersebut. Dari hasil pengujian yang kami lakukan, minyak sulfat tersebut dapat pecah dan memisah dengan air pada suhu 60oC. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa minyak nymaplung dapat diaplikasikan kekulit pada suhu dibawah 60oC, karena apabila suhu air yang digunakan untuk melarutkan terlalu tinggi, maka menyebabkan emulsi minyak sulfat pecah terlebih dahulu di air.

Aplikasi minyak sulfat ke kulit

    Setelah pengujian minyak sulfat, maka minyak tersebut dapat diaplikasikan ke kulit. Dalam praktikum pengaplikasian ke kulit, kami menyamak kulit pikel dengan menggunakan bahan penyamak khrom. Adapun tahapan proses penyamakan yang kami lakukan secara garis besar adalah dimulai dari degreasing, dengan menggunakan tepol air ledeng dan asam asetat yang dilarutkan berasam-sama didalam drum tanning kemudian kulit diputar selama 20 menit dengan putaran 45-50 rpm.

    Setelah itu mencuci kulit yang telah diproses dengan air selama 10 menit. Tahapan selanjutnya adalah tahapan inti, yaitu tanning dengan menggunakan bahan penyamak khrom, yang dicampurkan bersama air ledeng, asam formiat, dan natrium karbonat. Kulit diputar bersama bahan-bahan tersebut selama 60 menit. Selanjutnya pH kulit dcek dengan menggunakan kertas indikator, hingga pH kulit mencapai 4,6-4,8, baru setelah itu kulit dicuci dengan air.

    Proses selanjutnya adalah memutar kulit dalam drum tanning yang bersi larutan syntan dan mimosa selama 45 menit. Baru setelah itu ditambahi antimould untuk mencegah kulit berjamur sebelum masuk ke tahapan berikutnya.

Tahapan selanjutnya adalah tahapan fatliquoring atau peminyakan, dimana menggunakan minyak sulfat yang telah dibuat. Minyak tersebut dilarutkan dalam air hangat dengan suhu 40 oC. Kemudian kulit diputar bersama larutan minyak tersebut selama 60 menit. Setelah itu kulit yang telah d fatliquoring, diangin-anginkan hingga kering.

Pengujian Kualitas Kulit

Pengujian kualitas kulit dengan menggunakan tensile strength tester didapatkan data sebagai berikut:

Panjang Awal 

Panjang Akhir 

Kecepatan Penarikan 

Kekuatan Tarik 

Kemuluran 

4,5 cm 

7,5 cm 

50 mm/min 

145 N 

22,45 mm 


 

Berdasarkan data tersebut, kami mencoba membandingkan dengan data salah satu SNI produk kulit, yaitu kulit box, adapun tabel SNI nya sebagai berikut:


 

Table data SNI kulit boks    


 

Jenis uji 

Satuan 

Syarat – Mutu 

Keterangan 

Minimum

Maksimum 

  1. KIMIAWI


 

  1. Kadar air
  2. Kadar abu


 


 

  1. Kadar Cr2O3
  2. Kadar minyak/ lemak
  3. pH


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. FISIS
    1. Tebal


     


     


     


     


     


     


     

    1. Penyamakan


     


     

    1. Ketahanan gosok cat tutup
      1. Kering


       


       


       

      1. Basah


 


 


 

  1. Ketahanan zwit-lastability


 


 

  1. Ketahanan tarik


 

  1. Ketahanan regang
  2. Ketahanan bengkuk
  3. Penyerapan air
    1. 2 jam
    2. 24 jam


     

  4. Ketahanan letup


 


 


 

  1. ORGANOLEPTIS


 

  1. Kelepasan nerf


 

  1. Keadaan kulit


 


 


 

  1. Cat


 

  1. Ketahanan sobek
  2. Kelentingan

( elastisitas) 


 


 

%

%


 


 


 

%

%


 


 

-


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Mm


 

Mm


 

Mm


 


 


 

-


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Kg/cm2


 


 

%


 


 


 


 

%

%


 

PSI


 


 


 


 


 


 


 

-

-


 


 


 

3

2


 


 

3,5


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

0,8


 

1,4


 

1,6    


 


 


 

Masak


 


 


 


 

Tidak lun-

tur


 


 

Sedikit luntur

    


 

Nerf dan tidak retak


 

225


 


 

-


 

20000 kali


 


 

80

100


 

600


 


 


 


 


 


 

Tidak lepas

Berisi,liat, dan lemas


 


 

Rata dan mengkilap

Kuat


 

Lenting


 


 

20

2diatas kadar Cr2O3


 


 

6


 


 


 


 

7,0


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

1,7


 


 

1,7


 


 

2,0


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

70


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Untuk pH 4,5 perbedaan pH larutan sebelum dan sesudah diencerkan 10 kali harus kurang dari 0,7


 


 


 


 


 

Untuk sepatu sipil/umum

Untuk sepatu dinas harian

Untuk sepatu dinas lapangan


 


 

Penyusutan harus kurang dari 10%


 


 

Sesuai dengan standar kelunturan


 

Sesuai dengan standar kelunturan


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Nerf dan cat tidak retak 


 

Dari tabel ersebut apabila dibandingkan dengan kulit hasil praktikum kami, ternyata tidak memenuhi standar produk tersebut, karena tensile strenghtnya masih kurang.


 


 


 


 


 


 

    
 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Bab III

Penutup


 

3.1 Kesimpulan

        Berdasarkan hasil praktikum dan analisa yang kami lakukan, kami mendapat kesimpulan, sebagai berikut:

  1. Minyak nyamplung memiliki sifat kimia sebagai berikut:
    1. Bilangan asam sebesar 26,082
    2. Bilangan penyabunan sebesar -390,31
    3. Bilanangan iod sebesar 26,38
  2. Minyak sulfat yang dibuat dari minyak nyamplung memiliki ciri fisik:
    1. Kuning muda pekat
    2. Ph 7
    3. Dapat teremulsi dalam air pada suhu tertentu
  3. Minyak sulfat yang terbuat dari minyak nyamplung memiliki sifat kimia:
    1. Kadar air sebesar 95,17%
    2. Kadar SO3 sebesar 41,45%
    3. Suhu maksimal teremulsinya minyak dalam air adalah 60 oC
  4. Minyak sulfat dari minyak nyamplung tidak cocok diaplikasikan untuk pembuatan kulit box


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 


 

Hermiyati, Indri. Praktikum Kimia Analisa. Yogyakarta: ATK. 2008

Retzsetriec, Clinton E. Emulsion Chemistric for Leather Fatliquoring Process. USA: NOPCO Chemical Company Network. 1995.

http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-yusuf2.pdf. Tanggal akses: 26 November 2008. Pukul: 12.18

http://71mm0.wordpress.com/category/my-kuliah/kimia-analisis. Tanggal akses: 26 November 2008. Pukul: 12.20

http://id.wikipedia.com/so3. Tanggal akses: 5 November 2008. Pukul: 12.35

http://www.kompas.com. Tanggal akses: 5 November 2008. Pukul: 12.30

http://id.wikipedia.com/asam lemak. Tanggal akses: 5 November 2008. Pukul: 12.35

http://www.bsn.or.id/files/sni/SNI%2001-2352-1998.pdf. Tanggal akses: 5 November 2008. Pukul: 12.22

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080829155945AALYX8P. Tanggal akses: 5 November 2008. Pukul: 12.15

http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-yusuf2.pdf. Tanggal akses: 5 November 2008. Pukul: 12.18

http:// www.trubus.com. Tanggal akses: 5 November 2008. Pukul: 12.56

http://www.bisnis.com. Tanggal akses: 5 November 2008. Pukul: 12.17

3 comments:

  1. Dika, yang saya banggakan
    Untuk "memasukkan" minyak sulfat/surfactan sebagai lubricating agent/ fatliquor pada kulit dalam proses fatliquoring, sebaiknya kondisi fase larutan juga diperhatikan...
    misal dengan pengondisian pada pH agak tinggi ( kira-kira 8 dengan penambahan soda kue) pada awal peminyakan, setelah itu tetap dilakukan fiksasi. Minyak nyamplung tersulfatasi bermuatan negatif (anionik) agar penetrasi mencapai level yang diinginkan maka lingkungan fase air juga harus mendukung. Perlu juga pada akhir peminyakan, pH fase cair buat rendah (dibawah IEP) dengan tambahan asam formiat.....mudah-mudahan bermanfaat, dan sukses selalu

    ReplyDelete
  2. saya mau tanya..
    bisa tidak minyak biji nyamplung dijadikan aditif untuk menaikan angka oktan?
    kalau bisa, bagaimana caranya?
    trima kasih..

    ReplyDelete